Anik Andriani S.Kom., M.Kom.,dosen Sistem Informasi Universitas BSI Yogyakarta. (Foto: Titis Ayu W.) |
Menulis bagi dosen muda Anik Andriani S.Kom., M.Kom., merupakan suatu
keharusan. Apalagi jika berprofesi sebagai
seorang dosen. Ilmu-ilmu baru, temuan atau bahkan inovasi dapat segera
dipublikasi dan diabadikan lewat tulisan. Baik berupa buku, jurnal, atau
prosiding.
Profesinya sebagai dosen sedikit banyak karena termotivasi dengan sosok
Romi Satria Wahono yang merupakan pendiri ilmukomputer.com
yang sekaligus dosennya ketika menempuh kuliah di Nusa Mandiri, Jakarta.
Anik mengaku termotivasi dengan sosok tersebut karena Romi memiliki prinsip
”Setiap hari minimal makan dua buku”.
”Jadi setiap mahasiswa presentasi, beliau tahu buku apa yang menjadi
panduan atau referensi yang dipakai mahasiswa tersebut. Beliau tahu buku apa,
halaman berapa. Saat di kampus beliau juga begitu disegani. Bukan karena
sebagai dosen killer, tapi karena
ilmu yang dimilikinya. Sehingga saya ingin seperti Pak Romi, disegani karena
keilmuan yang saya miliki,” ucapnya.
Maka, untu memperoleh keilmuan itu tentunya harus didukung dengan giat
membaca, belajar, penelitian, dan menulis. Memahami betul akan kebutuhannya
sebagai dosen yang diwajibkan meng-update
keilmuan dan menyebarluaskannya melalui tulisan, Anik pun memiliki strategi
untuk menulis.
Saat ini, Anik tengah menunggu buku ke-3 nya terbit. Sebelumnya ia telah menulis tentang ”Membuat Aplikasi Sistem Pakar dengan VB6.0” yang menjadi buku pertamanya yang terbit 2015.
Kemudian Anik menulis ”Manajemen Basis Data;
Pemodelan, Perancangan, dan Penerapan” penerbit Deepublish cetak 2016. Dan yang
sedang proses terbit ”Desain Database dengan ERD dan LRS” penerbit Graha Ilmu.
Dan berikut tips menulis dari Anik, dosen Sistem Informasi Universitas
BSI Yogyakarta;
1.
Motivasi
Baginya adanya niat dan motivasi terlebih
dahulu. Anik ingin jika masa usianya telah habis, ada ilmu yang ia tinggalkan
di dunia ini berupa buku yang bermanfaat. ”Selain itu memang merasa memiliki
kewajiban harus memiliki buku,” katanya.
2.
Sumber
Tulisan Bisa dari Bahan Ajar
”Misalnya kita (dosen) mempersiapkan materi
untuk bahan ajar, penelitian, saat itulah kita juga sekaligus belajar. Nah dari
proses itulah, akhirnya kita bisa paham intisarinya apa dan segera kita tulis
biar tidak lupa sekaligus juga bisa jadi bahan tulisan buku,” ungkapnya.
3.
Dari Hasil
Penelitian
Menurut Anik, akan lebih mudah jika menulis
buku hasil dari penelitian. Selain bisa dijadikan buku juga bisa dipublikasikan
sebagai jurnal. ”Kalau mendapat hibah penelitian dari Kemerinstekdikti, hasil
penelitian itu diharapkan berbentuk buku atau minimal draftnya jadi,” terang
Anik.
Ia melanjutkan, dari penelitian setengahnya
bisa dijadikan prosiding untuk diseminarkan, setengahnya lagi dibuat jurnal,
dan sisanya lagi bisa dijadikan buku.
”Kalau dari aturan resmi dari Kemenristekdikti, dosen belum ada kewajiban
menerbitkan buku, tetapi yang
wajib adalah
penelitian. Tapi
diharapkan hasil dari penelitian ya
menghasilkan buku,” imbuhnya.
4.
Satu Hari
Satu Halaman
Harus memiliki target setiap harinya. Misalnya
satu hari menulis satu halaman. Sehingga setiap bulan sudah memiliki paling
tidak sekitar 30 halaman. ”Kurun waktu 3 bulan sudah bisa menerbitkan buku.
Dari hasil penelitian biasanya lebih mudah kita jadikan buku, atau bahan ajar
juga bisa lebih mudah,” jelas ibu dari Khansa Rania Ahmad dan Hafiz Fahreza
Ahmad.
Anik mengungkapkan, waktu yang lebih leluasa baginya adalah saat di
kantor. Sembari menunggu waktu mengajar, ia pun meng-update wawasannya dengan membaca beberapa buku. Dan agar tidak lupa
akan isi yang ia baca, Anik menuliskannya kembali dengan gaya bahasanya
sendiri.
”Setelah saya jelas isi buku yang saya baca, kemudian saya tutup.
Kemudian saya tulis kembali membuat kesimpulan dan ringkasannya. Nah dari situ
bisa jadi buku,” paparnya.
Anik menambahkan, dosen adalah seorang yang membantu mahasiswa dalam
mempelajari ilmu yang harus ditemui selama kuliah dan harus bermanfaat bagi
orang lain. Memenuhi tridharma perguruan tinggi, salah satunya penelitian dan
pengabdian. ”Dosen harus menghasilkan manfaat dari ilmunya,” pungkas Anik. (duniadosen.com/titisayuw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar